Senin, 02 Februari 2009

Ivy Ledbetter Lee

Berikut adalah link yang menghubungakan dengan wikipedia. Sedikit informasi tentang Ivy Ledbetter Lee yang dinobatkan sebagai bapak Public Relation


http://en.wikipedia.org/wiki/Ivy_Lee

Silakan akses.

Thank you for visiting

Blog ini baru saja dibuat, jadi sama sekali jauh dari sempurna....
Anda masih belum bisa mengakses apapun....
semoga dalam waktu dekat ini anda dapat mengakses apa-apa yang sekiranya diperlukan untuk mendukung pemahaman akan profesi PR terutama bagi mahasiswa dan bagi diri kami sendiri...

Minggu, 01 Februari 2009

Peran Struktur dalam Organisasi PR by Wisnu Sumarwan


Struktur memegang peranan yang sangat penting dalam jalannya organisasi. Struktur memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan. Apapun organisasinya, organisasi selalu didirikan untuk mencapai tujuan. Ada orientasi yang ingin dicapai dengan berdirinya sebuah organisasi dan orientasi tersebut akan lebih mudah dicapai jika terdapat pembagian kerja yang diimplementasikan dalam sebuah struktur.

Organisasi adalah pengaturan yang disengaja terhadap sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu (Robbins and Coulter, 2004, hal. 16). Tujuan tersebut dapat berupa keuntungan (perusahaan), kebijakan publik (pemerintah) maupun perubahan sosial (organisasi nirlaba). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pembagian kerja dan penempatan yang sesuai bagi setiap orang. Manajemen dapat dikatakan sebagai menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat pada waktu yang tepat untuk mencapai tujuan. Robbins dan Coulter mendefinisikan manejemen sebagai proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tesebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins and Coulter, 2004, hal 6).

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sebuah struktur sebagai pengejawantahan strategi organisasi ke dalam pelaksanaannya di lapangan. Maksudnya tidak lain adalah agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien yaitu dengan membuat sebuah desain struktur yang memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan kondisi yang dinamis dimana semua hal dapat berubah dengan cepat. Untuk itulah diperlukan sebuah struktur formal yang dapat mendukung dan mempermudah anggota organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan organisasi. Kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai pengorganisasian yang didefinisikan sebagai proses penciptaan struktur organisasi (Robbins Dan Coulter, 2004, hal 254).

Struktur Organisasi adalah kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan (Robbins Dan Coulter, 2004, hal 254). Adam Smith menyatakan bahwa pembagian kerja menyebabkan meningkatnya produktifitas karyawan. Namun pembagian kerja tersebut harus disesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal organisasi. Pembagian kerja yang salah akan menyulitkan dan menghambat kinerja organisasi. Karena itu saat ini, banyak organisasi yang secara terus menerus membuat penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi yang ada. Organisasi yang menerapkan sebuah struktur yang kaku dan tidak fleksibel akan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan dinamika perubahan yang terjadi. Maka perlu dibuat sebuah desain organisasi yang formal namun dapat mengakomodasi perubahan. Desain organisasi adalah proses yang melibatkan keputusan-keputusan mengenai keenam unsur penting : spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan desentralisasi, dan formalisasi.
  1. Spesialisasi kerja : Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi menjadi sejumlah pekerjaan tersendiri, juga dikenal sebagai pembagian kerja. Namun perlu diingat bahwa terdapat titik tertentu dimana jika pembagian pekerjaan sudah menjadi terlalu kecil akan menimbulkan pemborosan manusia dibanding keuntungan ekonomis yang dihasilkan.
  2. Departementalisasi : Dasar yang digunakan untuk mengelompokkan sejumlah pekerjaan menjadi satu kelompok atau satu grup. Departementalisasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi, produk, geografis, proses dan pelanggan. Pada prakteknya di lapangan, organisasi kerap menggunakan kombinasi dari berbagai departementalisasi tersebut.
  3. Rantai Komando : Garis wewenang yang tidak terputus yang membentang dari tingkatan atas organisasi hingga tingkatan paling bawah dan menjelaskan siapa melapor pada siapa. Didalamnya terdapat wewenang dan tanggung jawab. Wewenang adalah hak-hak yang melekat pada posisi manajerial tertentu yang memberitahu orang apa yang harus dilakukan dan mengharapkan orang itu melakukannya. Tanggung jawab adalah kewajiban untuk melaksanakan tugas apa yang dilakukannya.
  4. Rentang kendali : Jumlah karyawan yang dapat dikelola oleh seorang manajer secara efektif dan efisien. Rentang yang lebih luas (yaitu jumlah bawahan yang lebih besar yang dibawahi oleh seorang manajer) cenderung menghemat dari segi biaya, akibat berkurangnya jumlah manajer (yang membutuhkan gaji besar). Namun pada tingkat tertentu dimana rentangnya menjadi terlalu besar, kinerja karyawan akan cenderung menurun karena manajer tidak lagi mempunyai waktu untuk memberikan kepemimpinan dukungan yang diperlukan.
  5. Sentralisasi dan Desentralisasi : Sentralisasi melukiskan sejauh mana pengambilan keputusan terkonsentrasi pada suatu titik dalam organisasi. Sebaliknya semakin banyak karyawan tingkatan bawah yang memberikan masukan atau betul-betul mengambil keputusan maka organisasi itu semakin terdesentralisasi. Namun di lapangan, konsep sentralisasi dan desentralisasi bukanlah hal yang mutlak. Organisasi tidak akan pernah sepenuhnya tersentralisasi atau terdesentralisasi, sekalipun terdapat dalah satu konsep yang dominan.
  6. Formalisasi : Sejauh mana pekerjaan di dalam organisasi itu terstandardisasi dan sejauh mana perilaku karyawan dibimbing oleh aturan dan prosedur. Semakin terformalisasi suatu pekerjaan dalam organisasi semakin sedikit kebebasan yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan improvisasi dalam menyelesaikan pekerjaan. Sekali lagi konsep ini sangat fleksibel, tingkat formalisasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi dan strategi perusahaan.

Struktur Organisasi harus membantu pencapaian sasaran. Karena sasaran dipengaruhi oleh strategi organisasi, masuk akal bahwa strategi dan struktur itu harus berkaitan. Lebih tegasnya, struktur harus mengikuti strategi (Robbins Dan Coulter, 2004, hal 262).

Jika kita simpulkan maka, struktur yang sesuai dengan organisasi dangat perlu untuk dibuat baik dalam tingkatan organisasi maupun dalam unit-unit di bawahnya. Betapapun longgarnya suatu struktur dibuat, tetap organisasi perlu memiliki struktur yang jelas. Jika tidak organisasi akan sulit untuk mencapai tujuan akibat para manajer yang akan sulit untuk membagi pekerjaan dan mensinambungkan seluruh kegiatan dalam organisasi.